Beberapa tahun belakangan, masyarakat Indonesia
menekuni dunia pertanian dengan sangat antusias. Hal ini disebabkan oleh harga
komoditi pertanian yang semakin meningkat serta permintaan pasar yang juga
meningkat, namun produksinya rendah. Para petani pemula dan petani yang telah
lama menekuni dunia pertanian saling berlomba untuk dapat menghasilkan produksi
yang tinggi dengan berbagai cara. Peningkatan hasil pertanian tersebut dapat
dilakukan dengan intensifikasi (bibit unggul, olah tanah, pupuk, pengendalian
hama dan penyakit serta irigasi), Ekstensifikasi (penambahan luas lahan
pertanian dengan membuka lahan baru) dan Diversifikasi (menanam berbagai jenis
tanaman pada suatu lahan atau manambah usaha tani dengan beternak misalnya).
Peningkatan hasil pertanian yang dilakukan
dapat memberikan efek yang positif dimana produksi dari usaha tani yang
dilakukan dapat meningkat karena input yang tinggi ataupun karena luasan lahan
yang luas. Bertolak belakang dengan hasil positif, jika melakukan usaha
peningkatan hasil yang tidak tepat, malah dapat menimbulkan kerugian yang
sangat tinggi bagi petani. Misalnya input pupuk yang terlalu banyak, dapat
memberikan efek negatif bagi tanaman maupun tanah tempat budidaya dilakukan.
Menanam varietas tanaman yang tidak cocok pada lahan yang digunakan ataupun
varietas rentan dapat menyebabkan kerugian bagi petani.
Selain bagi petani, hal ini juga dapat
menyebabkan efek negatif bagi para konsumen yang menantikan hasil pertanian
yang merupakan bahan pokok makanan maupun bahan yang digunakan untuk keperluan
lainnya. Dengan meningkatnya populasi penduduk dunia, maka kebutuhan terhadap
komoditi pertanian khususnya tanaman pangan sangat meningkat. Hal ini memicu
perlakuan petani pada lahan maupun tanaman menjadi sangat beragam dan kompleks,
yang kebanyakan hanya mementingkan hasil yang tinggi. Pada peningkatan hasil
pertanian yang jarang diperhatikan adalah aspek penyakit tanaman, dimana
kebanyakan penyakit tanaman baru tampak pada saat tanaman telah tumbuh dan akan
menghasilkan. Hal ini menyebabkan petani sulit untuk mengetahui apakah tanaman
telah terserang patogen (penyebab penyakit) atau belum.
Adanya penyakit yang menyerang tanaman
menyebabkan tujuan utama yang mengejar produksi tanaman yang tinggi menjadi
tidak tercapai. Dalam sejarahnya, penyakit tumbuhan telah sering menimbulkan
masalah bagi kehidupan manusia. Sejarah mencatat pada tahun 1844 terjadi
penyakit hawar daun pada tanaman kentang yang disebabkan oleh phytophthora infestans menyerang Amerika dan Eropa yang menyebabkan panceklik
yang menyebabkan kurang lebih 1 juta jiwa meninggal dunia (Semangun, 2006).
Pada beberapa tahun berikutnya hal yang serupa terjadi di Bangladesh, dimana
terjadi panceklik padi, hal ini disebabkan oleh serangan Helmintosporium orizae yang menyebabkan penyakit bercak coklat pada
padi. Pancekli di Bangladesh ini menyebabkan kurang lebih dua juta jiwa
meninggal dunia. Selain serangan penyakit pada tanaman pangan, banyak kejadian
penyakit tumbuhan yang merugikan usaha tani diantaranya adalah gagalnya
pertanaman karet di Amerika Selatan dan Amerika tengah yang disebabkan oleh Mycrocylus ulei. Di Indonesia sendiri
produksi gula sempat terganggu karena tanaman tebu dikarenakan penyakit sereh,
diduga disebabkan oleh virus. Adanya penyakit akar gadah pada tanaman kubis dan
lain sebagainya (Koningsberger 1948 cit
Semangun 2006).
Selain penyakit yang meninmbulkan masalah pada
masa lalu, terdapat juga beberapa penyakit yang sangant popular pada masa
sekarang. Diantata penyakit yang sedang popular pada masa kini adalah penyakit
bulai yang menyerangn tanaman jagung. Peyakit ini disebabkan oleh patogen Peronosclerospora sp., dimana pada
beberapa daerah terdapat serangna P.
maydis, P. Sorgi, maupun P. Sachari. Serangan dari patogen ini
menyebabkan tanaman menjadi klorosis, dimana klorofil menjadi rusak akibat
pertumbuhan dan perkembangan dari patogen di dalam tanaman yang pada akhirnya
mengganggu proses fotosintesis. Rusaknya proses fotosintesis menyebabkan
fotosintat tidak tebentuk sesuai kebutuhan tanama untuk proses pertumbuhan dan
produksinya. Selain penyakit pada jagung, penyakit pada tanaman padi juga
sangat banyak, diantaranya adalah penyakit kresek yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas orizae p.v. orizae. Patogen ini menyebabkan daun
tanaman menjadi kering, sehingga pada saat daun tanaman bergesekan saat
dihembus angina menimbulkan bunyi kresek-kresek. Rusaknya daun tanaman
menyebabkan proses fotosintesis terganggu.
Selain tanaman pangan, tanaman perkebunan juga
menjadi korban serangan patogen yang menyebabkan produksi tanaman menurun atau
bahkan mati. Sebut saja tanaman karet yang terkena penyakit jamur akar putih
atau yang sering dikenal sebagai JAP. Penyakit ini disebabkan oleh Rigidoporus lignosus. Patogen ini menyerang
bagian akar sehingga jaringan angkut tanaman menjadi terganggu dan rusak, daun
menjadi gugur dan tanaman menjadi mati. Pada tanaman sawit yang merupakan tanaman
primadona di Indonesia sebagai penghasil minyak pada saat sekarang ini telah
banyak teridentifikasi terserang oleh patogen. Penyakit yang paling booming
adalah busuk pangkal bawah yang disebabkan oleh Ganoderma boninense dan busuk batang atas (diduga oleh patogen yang
sama). Penyakit ini menyebabkan penurunan produksi dan pada akhirnya menyebabkan
tanaman tumbang (patah) sehingga tanaman tidak dapat berproduksi lagi.
Hubunga penyakit tanaman dengan peningkatan
hasil pertanian sangat kompleks. Jika melakukan metode yang tidak tepat, maka
dapat menyebabkan terjadinya penyakit tumbuhan, karenan penyakit tumbuhan
sangat dipengaruhi oleh patogen, tumbuhan dan lingkungan. Hal ini biasanyan
dikenal sebagai segitiga penyakit tumbuhan. Jika setiap bagian saling
melengkapi, maka akan terjadi penyakit tumbuhan. Misalanya tanaman rentan,
patogen virulen dan lingkungan yang mendukung, maka penyakit tumbuhan akan
terjadi. Penggunaan varietas yang rentan terhadap suatu patogen pada daerah
yang endemis patogen penyebab penyakit tanaman tersebut akan menyebabkan
terjadinya penyakit tanaman. Penanaman tanaman dengan genus yang sama atau
tanaman dengan patogen yang sama dapat menyebabkan penyakit tumbuhan berkembang
dengan baik serta pemberian pupuk yang berlebihan dapat melemahkan sel tanaman.
Hal ini dapat menyebabkan tanaman yang awalnya resisten terhadap patogen menjadi
rentan.
Dengan adanyan sejarah yang menunjukkan bahwa
penyakit tanaman dapat menyebabkan hal yang tidak terduga bagi dunia pertanian,
maka sebaiknya para pelaku usaha tani dan para akademis yang berkaitan dengan
dunia pertanian juga menunjukkan perhatian pada bidang penyakit tumbuhan. Hal
ini dikarenakan banyaknya kerugian yang disebabkan oleh penyakit tumbuhan.
Diantara kerugian tersebut adalah 1) penurunan kuantitas hasil, 2) penurunan
kualitas hasil, 3) biaya yang tinggi dalam pengendalian, 4) kerusakan pasca
panen dan 5) dapat menyebabkan gangguna pada manusia dan hewan jika dikonsumsi.
Pentingnya mempelajari mengenai penyakit tumbuhan agar dapat menelaah dan
mempelajari segala aspek mengenai penyakit tumbuhan. Dalam ilmu penyakit
tumbuhan, dibagi menjadi beberapa sub ilmu, diantanya adalah mikologi dimana
pada sub ilmu ini mempelajari mengenai jamur penyebab penyakit tumbuhan,
bakteriologi yaitu ilmu yang mempelajari mengenai bakteri penyebab penyakit
tumbuhan, virology yaitu ilmu yang mempelajari virus penyebab penyakit
tumbuhan, epidemiologi yaitu ilmu yang mempelajari mengenai perkembangan dan
penyebaran serta peramalan mengenai penyakit tumbuhan, dan masih banyak sub
ilmu lainnya.