Menu

Saturday, May 28, 2016

Usaha Pembibitan Cabe



Cabe (Capsicum sp.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Tanaman cabai merupakan salah satu sayuran buah yang memiliki peluang bisnis yang baik. Besarnya kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri menjadikan cabai sebagai komoditas menjanjikan. Permintaan cabai yang tinggi untuk kebutuhan bumbu masakan, industri makanan, dan obat-obatan merupakan potensi untuk meraup keuntungan. Tidak heran jika cabai merupakan komoditas hortikultura yang mengalami fluktuasi harga paling
tinggi di Indonesia.
Sekalipun ada kecenderungan peningkatan kebutuhan, tetapi permintaan terhadap cabai merah untuk kebutuhan sehari-hari dapat berfluktuasi, yang disebabkan karena tingkat harga yang terjadi di pasar eceran. Fluktuasi harga yang terjadi di pasar eceran, selain disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi sisi permintaan juga disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi sisi penawaran. Dapat dijelaskan bahwa kadang-kadang keseimbangan harga terjadi pada kondisi jumlah yang ditawarkan relatif jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah yang diminta. Hal inilah yang mengakibatkan harga akan sangat tinggi. Demikian pula terjadi sebaliknya sehingga harga sangat rendah.
Keterbatasan dalam penyediaan cabe di pasaran dapat disebabkan oleh berbabagai faktor, bisa jadi iklim, kebutuhan bibit, serangan hama dan penyakit serta masalah lain yang menyebabkan berkurangnya pasokan cabe kepasaran yang menjadi pusat cabe bagi konsumen. Dapat diketahui bahwa dengan keadaan saat sekarang ini bisnis cabe adalah usaha yang menjanjikan bagi orang-orang pertanian karena dengan mengusahakan cabe dengan baik dan benar akan mendatangkan keuntungan yang menggiurkan.
Sebagaimana yang dilakukan oleh bapak SUKADI di daerah Dusun Candi Duwur Desa Senggi, Magelang. Beliau telah menggeluti usaha pembibitan cabe selama kurun waktu 5 tahun. Menurut wawancara penulis dengan beliau, usaha pembibitan cabe yang diusahakan perbulannya dapat menghasilkan sekitar Rp. 4.000.000,- kotornya. Jika semua biaya telah dikeluarkan, bisa mendapat penghasilan bersih sekitar Rp. 1.500.000,- , itu setelah mengeluarkan biaya bahan dan gaji para pekerjanya. Dengan hanya melakukan produksi yang tidak terlalu besar saja, beliau dapat memperoleh penghasilan sebanyak tersebut dan dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar.
Dalam melakukan usahanya, pak Sukadi menggunakan kompos sebagai media semai, usaha pembibitan yang luasnya sekitar 15x20 m tersebut menggunakan meja yang dialasi dengan media kompos sekam padi kering.

Setelah benih cabe tumbuh merata, kemudian benih-benih tersebut akan dipindahkan ke tempat baru, namun sebelumnya, benih akan ditanam pada media tanah kepalan agar mudah untuk proses seterusnya.

setelah benih dipindahkan kemedia tanam berupa kepalan tanah, benih tersebut akan disusun diatas meja pemeliharaan, hal ini agar mempermudah untuk memberikan penyiraman dan pemupukan.


bibit dipelihara hingga berumur 1-2 minggu setelah semai. kemudian biibit yang telah tumbuh dengan baik dapat dipasarkan.


biasanya bibit yang akan dijual dipindahkan kedalam kotak dan diangkut kepada pemesan atau dibawa kepasar khusus penjualan bibit tanaman cabe. Dalam usaha pembibitan cabe ini, pak Sukadi tetap melakukan pembibitan meskipun tidak ada pesanan, menurut beliau hal ini dilakukan agar pada saat ada pemesan, bibit sudah tersedia dan bisa langsung dibawa. Namun jika tidak ada pesanan dan bibit telah siao untuk dipasarkan, bibit dapat dipasarkan kepasar-pasar terdekat.

Semoga artikel ini dapat membantu pembaca yang ingin memulai bisnis percabean atau sekedar belajar dalam pembibitan cabe.



Monday, May 23, 2016

PUPUK ORGANIK HAYATI



Bio-organic fertilizer (pupuk organik hayati) beberapa saat ini berkembang dengan pesat dikarenakan kelangkaan pupuk anorganik yang menyebabkan harga pupuk semakin meningkat, kemasaman tanah yang meluas akibat penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus dan meningkatnya permintaan terhadap produkp-roduk pertanian organik. Kendala-kendala pemupukan tersebut menyebabkan pupuk organik hayati berkembang dengan pesat. Menurut Lumbantobing et al., (2008), pupuk organik hayati ini adalah pupuk organik yang diperkaya dengan kandungan hara dan diinokulasikan dengan berbagai macam mikroba fungsional. Mikroba ini secara khusus diisolasi dan dikemas dalam bahan pembawa (carriers) yang mampu menjaga reaktivitasnya dalam peri ode yang memadai.
Mikroba tanah yang dikandung oleh pupuk organik hayati biasanya dapat digunakan adalah Azotobacter, Azospirillum dan mikroba pelarut fosfat. Mikroba-mikroba tersebut mampu melarutkan hara sehingga dapat memperbaiki pertumbuhan dan produksi tanaman. Azotobacter adalah bakteri penambat N2 yang hidup bebas, bersifat Gram negatif, aerobik obligat, dan tumbuh baik pada media yang kekurangan N (I mas,  1989). Nitrogen yang dapat difiksasi sekitar 2-15 mg N/g. Efek Azotobacter dalam meningkatkan biomassa akar disebabkan oleh penghasilan hormon Indole Acetic Acid (lAA) di daerah perakaran (Rao, 1982). Azospirillum merupakan salah satu genus Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR). Bakteri ini mampu mensintesis hormon pemacu pertumbuhan tanaman seperti IAA, giberelin, dan sitokinin, memfiksasi nitrogen, melarutkan fosfat, mensintesis siderofor, dan sebagai agen pengendali hayati (Salisbury and Ross, 1995; Seshadri et al., 2002; Bashan and Bashan, 2002). Azospirillum adalah bakteri yang bersifat Gram negatif. Suhu optimum untuk pertumbuhannya berkisar antara 32-36 °e, sedangkan pH optimum berkisar antara 6.8-7.9 (Day and Dubereiner, ]976).
Mikroba Pelarut Fosfat (MPF) merupakan mikroba tanah yang mempunyai kemampuan melarutkan P tidak tersedia menjadi tersedia. MPF tersebut berasal dari golongan bakteri antara lain: Pseudomonas, Bacillus, Escherichia, Brevibacterium dan Serratia dan dari golongan fungi seperti Aspergillus, Penicillium, Sclerotium dan Fusarium (Alexander, 1978; Rao, 1982). Sebagian dari bakteri genus Pseudomonas dan Bacillus dan sebagian dari fungi genus Pennicillium dan Aspergillus memiliki kemampuan untuk melarutkan P tidak larut dalam tanah menjadi larut dengan mengeluarkan asam-asam organik (Rao, 1994) seperti: asam sitrat, glutamat, suksinat, laktat, asam formiat, asetat, propionat, glikolat, okasalat, malat, fumarat, tartrat dan a-ketobutirat yang mampu mengkhelat kation-kation logam AI3+, Fe3+, Ca +, Mg + (Alexander, 1978; Rao, 1982). Asam-asam organik tersebut bersifat non-volatil, sehingga kation yang dikhelat menjadi bentuk stabil (Rao, 1982) dan ion H2P04- menjadi bebas dari ikatannya dan tersedia bagi tanaman untuk diserap.

DAFTAR PUSTAKA
Alexander, M. 1978. Introduction to Soil Microbiology. 2nd ed. Willey Eastern Private Limited. New Delhi.

Bashan, Y and L.E. Bashan. 2002. Protection of tomato seedlings against infection by Pseudomonas syringae pv. Tomato by using the plant growth-promoting bacterium Azospirillum brasilense. Appl Environ Microbiol, 6: 2673 - 2643.

Imas, T. 1989. Mikrobiologi Tanah II. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Lumbantobing. E. L. N, Fahrizal H, dan Iswandi A. 2008. Uji efektivitas bio-organic fertilizer (Pupuk Organik Hayati) dalam mensubstitusi kebutuhan pupuk anorganik pada tanaman sweet sorghum [Sorghum bicolor (L.) Moench]. Jurnal Tanah dan Lingkungan, Vol. 10 No.2, Oktober 2008:72-76 ISSN /4/0-7333.

Rao, S. 1982. Biofertilizers In Agriculture. Oxford &IBH Publishing Co. Oxford.

Rao, S. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Tumbuhan Tanaman. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Salisbury, F.B. and C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Dasar. Lukman D.R. Sumaryono (penerjemah). ITB Press. Bandung.

Seshadri, S., R. Muthukumarasamy, C. Lakshminarasimhan, S. Ignacimuthu. 2000. Solubilization of inorganic phosphates by Azospirillum halopraejerans. Curr Sci., 5: 565 - 567.