Cabe
(Capsicum sp.) merupakan salah satu
komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Tanaman
cabai merupakan salah satu sayuran buah yang memiliki peluang bisnis yang baik.
Besarnya kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri menjadikan cabai sebagai
komoditas menjanjikan. Permintaan cabai yang tinggi untuk kebutuhan bumbu
masakan, industri makanan, dan obat-obatan merupakan potensi untuk meraup
keuntungan. Tidak heran jika cabai merupakan komoditas hortikultura yang
mengalami fluktuasi harga paling
tinggi di
Indonesia.
Sekalipun
ada kecenderungan peningkatan kebutuhan, tetapi permintaan terhadap cabai merah
untuk kebutuhan sehari-hari dapat berfluktuasi, yang disebabkan karena tingkat
harga yang terjadi di pasar eceran. Fluktuasi harga yang terjadi di pasar
eceran, selain disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi sisi permintaan
juga disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi sisi penawaran. Dapat
dijelaskan bahwa kadang-kadang keseimbangan harga terjadi pada kondisi jumlah
yang ditawarkan relatif jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah yang
diminta. Hal inilah yang mengakibatkan harga akan sangat tinggi. Demikian pula
terjadi sebaliknya sehingga harga sangat rendah.
Keterbatasan
dalam penyediaan cabe di pasaran dapat disebabkan oleh berbabagai faktor, bisa
jadi iklim, kebutuhan bibit, serangan hama dan penyakit serta masalah lain yang
menyebabkan berkurangnya pasokan cabe kepasaran yang menjadi pusat cabe bagi konsumen.
Dapat diketahui bahwa dengan keadaan saat sekarang ini bisnis cabe adalah usaha
yang menjanjikan bagi orang-orang pertanian karena dengan mengusahakan cabe
dengan baik dan benar akan mendatangkan keuntungan yang menggiurkan.
Sebagaimana
yang dilakukan oleh bapak SUKADI di daerah Dusun Candi Duwur Desa Senggi,
Magelang. Beliau telah menggeluti usaha pembibitan cabe selama kurun waktu 5
tahun. Menurut wawancara penulis dengan beliau, usaha pembibitan cabe yang
diusahakan perbulannya dapat menghasilkan sekitar Rp. 4.000.000,- kotornya. Jika
semua biaya telah dikeluarkan, bisa mendapat penghasilan bersih sekitar Rp. 1.500.000,-
, itu setelah mengeluarkan biaya bahan dan gaji para pekerjanya. Dengan hanya
melakukan produksi yang tidak terlalu besar saja, beliau dapat memperoleh
penghasilan sebanyak tersebut dan dapat membuka lapangan pekerjaan bagi
masyarakat sekitar.
Dalam
melakukan usahanya, pak Sukadi menggunakan kompos sebagai media semai, usaha pembibitan yang luasnya sekitar 15x20 m tersebut menggunakan meja yang dialasi dengan media kompos sekam padi kering.
Setelah benih cabe tumbuh merata, kemudian benih-benih tersebut akan dipindahkan ke tempat baru, namun sebelumnya, benih akan ditanam pada media tanah kepalan agar mudah untuk proses seterusnya.
setelah benih dipindahkan kemedia tanam berupa kepalan tanah, benih tersebut akan disusun diatas meja pemeliharaan, hal ini agar mempermudah untuk memberikan penyiraman dan pemupukan.
bibit dipelihara hingga berumur 1-2 minggu setelah semai. kemudian biibit yang telah tumbuh dengan baik dapat dipasarkan.
biasanya bibit yang akan dijual dipindahkan kedalam kotak dan diangkut kepada pemesan atau dibawa kepasar khusus penjualan bibit tanaman cabe. Dalam usaha pembibitan cabe ini, pak Sukadi tetap melakukan pembibitan meskipun tidak ada pesanan, menurut beliau hal ini dilakukan agar pada saat ada pemesan, bibit sudah tersedia dan bisa langsung dibawa. Namun jika tidak ada pesanan dan bibit telah siao untuk dipasarkan, bibit dapat dipasarkan kepasar-pasar terdekat.
Semoga artikel ini dapat membantu pembaca yang ingin memulai bisnis percabean atau sekedar belajar dalam pembibitan cabe.
No comments:
Post a Comment