Bio-organic
fertilizer (pupuk organik hayati) beberapa saat ini berkembang dengan pesat
dikarenakan kelangkaan pupuk anorganik yang menyebabkan harga pupuk semakin
meningkat, kemasaman tanah yang meluas akibat penggunaan pupuk anorganik secara
terus-menerus dan meningkatnya permintaan terhadap produkp-roduk pertanian
organik. Kendala-kendala pemupukan tersebut menyebabkan pupuk organik hayati
berkembang dengan pesat. Menurut Lumbantobing et al., (2008), pupuk organik hayati ini adalah pupuk organik yang diperkaya
dengan kandungan hara dan diinokulasikan dengan berbagai macam mikroba
fungsional. Mikroba ini secara khusus diisolasi dan dikemas dalam bahan pembawa
(carriers) yang mampu menjaga reaktivitasnya dalam peri ode yang memadai.
Mikroba
tanah yang dikandung oleh pupuk organik hayati biasanya dapat digunakan adalah Azotobacter, Azospirillum dan mikroba
pelarut fosfat. Mikroba-mikroba tersebut mampu melarutkan hara sehingga dapat
memperbaiki pertumbuhan dan produksi tanaman. Azotobacter adalah bakteri penambat N2 yang hidup bebas,
bersifat Gram negatif, aerobik obligat, dan tumbuh baik pada media yang
kekurangan N (I mas, 1989). Nitrogen yang
dapat difiksasi sekitar 2-15 mg N/g. Efek Azotobacter
dalam meningkatkan biomassa akar disebabkan oleh penghasilan hormon Indole
Acetic Acid (lAA) di daerah perakaran (Rao, 1982). Azospirillum merupakan salah satu genus Plant Growth Promoting
Rhizobacteria (PGPR). Bakteri ini mampu mensintesis hormon pemacu pertumbuhan
tanaman seperti IAA, giberelin, dan sitokinin, memfiksasi nitrogen, melarutkan
fosfat, mensintesis siderofor, dan sebagai agen pengendali hayati (Salisbury
and Ross, 1995; Seshadri et al.,
2002; Bashan and Bashan, 2002). Azospirillum
adalah bakteri yang bersifat Gram negatif. Suhu optimum untuk pertumbuhannya
berkisar antara 32-36 °e, sedangkan pH optimum berkisar antara 6.8-7.9 (Day and
Dubereiner, ]976).
Mikroba
Pelarut Fosfat (MPF) merupakan mikroba tanah yang mempunyai kemampuan
melarutkan P tidak tersedia menjadi tersedia. MPF tersebut berasal dari golongan
bakteri antara lain: Pseudomonas, Bacillus, Escherichia, Brevibacterium dan
Serratia dan dari golongan fungi seperti Aspergillus,
Penicillium, Sclerotium dan Fusarium
(Alexander, 1978; Rao, 1982). Sebagian dari bakteri genus Pseudomonas dan
Bacillus dan sebagian dari fungi genus Pennicillium dan Aspergillus memiliki kemampuan
untuk melarutkan P tidak larut dalam tanah menjadi larut dengan mengeluarkan
asam-asam organik (Rao, 1994) seperti: asam sitrat, glutamat, suksinat, laktat,
asam formiat, asetat, propionat, glikolat, okasalat, malat, fumarat, tartrat
dan a-ketobutirat yang mampu mengkhelat kation-kation logam AI3+, Fe3+,
Ca +, Mg + (Alexander, 1978; Rao, 1982). Asam-asam
organik tersebut bersifat non-volatil, sehingga kation yang dikhelat menjadi
bentuk stabil (Rao, 1982) dan ion H2P04- menjadi bebas dari ikatannya dan
tersedia bagi tanaman untuk diserap.
DAFTAR PUSTAKA
Alexander, M. 1978. Introduction to Soil Microbiology. 2nd ed. Willey
Eastern Private Limited. New Delhi.
Bashan, Y and L.E. Bashan. 2002. Protection of tomato seedlings against
infection by Pseudomonas syringae pv. Tomato by using the plant
growth-promoting bacterium Azospirillum brasilense. Appl Environ Microbiol,
6: 2673 - 2643.
Imas, T. 1989. Mikrobiologi Tanah II. Pusat Antar Universitas Bioteknologi.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Lumbantobing. E. L. N, Fahrizal H, dan
Iswandi A. 2008. Uji efektivitas
bio-organic fertilizer (Pupuk Organik Hayati) dalam mensubstitusi kebutuhan
pupuk anorganik pada tanaman sweet sorghum [Sorghum bicolor (L.) Moench]. Jurnal
Tanah dan Lingkungan, Vol. 10 No.2, Oktober 2008:72-76 ISSN /4/0-7333.
Rao, S. 1982. Biofertilizers In Agriculture. Oxford &IBH Publishing Co.
Oxford.
Rao, S. 1994. Mikroorganisme Tanah dan
Tumbuhan Tanaman. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Salisbury, F.B. and C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Dasar. Lukman D.R.
Sumaryono (penerjemah). ITB Press. Bandung.
Seshadri, S., R. Muthukumarasamy, C. Lakshminarasimhan,
S. Ignacimuthu. 2000. Solubilization of
inorganic phosphates by Azospirillum halopraejerans. Curr Sci., 5: 565 -
567.
No comments:
Post a Comment